Program Studi
Undang-Undang Dasar 1945 mengamatkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kesejahteraan rakyat pada dasarnya terwujud sebagai hasil dari pemafaatan kekayaan alam yang dilakukan secara bijak. Namun, eksploitasi kekayaan alam yang dilakukan tanpa memperhatikan keberlanjutannya, menyebabkan terjadinya deplesi dan degradasi SDAL.
Deplesi sumberdaya alam terjadi di seluruh wilayah di Indonesia. Sumberdaya hutan sebagai penopang hajat hidup orang banyak, semakin menipis, akibat tingginya laju deforestrasi. Hasilnya, muncul gangguan keseimbangan hidrologis dan meningkatkan resiko bencana hidrometeorologi. Hal tersebut menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan.
Undang-Undang Dasar 1945 mengamatkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kesejahteraan rakyat pada dasarnya terwujud sebagai hasil dari pemafaatan kekayaan alam yang dilakukan secara bijak.
Namun, eksploitasi kekayaan alam yang dilakukan tanpa memperhatikan keberlanjutannya, menyebabkan terjadinya deplesi dan degradasi SDAL.
Deplesi sumberdaya alam terjadi di seluruh wilayah di Indonesia. Sumberdaya hutan sebagai penopang hajat hidup orang banyak, semakin menipis, akibat tingginya laju deforestrasi. Hasilnya, muncul gangguan keseimbangan hidrologis dan meningkatkan resiko bencana hidrometeorologi. Hal tersebut menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan.
Sumberdaya ikan menghadapi masalah yang serupa. Selat malaka, Laut Jawa, Laut Cina Selatan dan beberapa wilayah penangkapan ikan di Indonesia telah mencapai overfishing. Kondisi ini menunjukan fenomena the Tragedy of the Commons sebagaimana diprediksi Garret Hardin pada tahun 1968.Sumberdaya tambang menjadi salah satu sumber kemakmuran dan bisa ditransformasikan dalam bentuk kemakmuran lain misalkan infrastruktur, teknologi, dan pendidikan (human capital). Namun, jika proses transformasi ini jika tidak dicermati secara seksama akan menimbulkan dampak berat terhadap SDAL, sehingga dapat menimbulkan biaya yang signifikan pada pembangunan itu sendiriKondisi yang ironis dan paradoksial tersebut dikenal sebagai Dutch Disease, yaitu penyakit kemiskinan, kelaparan, dan keterbelakangan yang ditemukan di negara-negara dengan kekayaan alam yang melimpah. Sejatinya hal tersebut tidak terjadi. Tentu, fakta ini mengindikasikan adanya kesalahan dalam tata pola pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam. Kondisi inilah yang telah mendorong para ilmuwan mengembangkan ilmu yang memberikan perhatian pada sumberdaya dan lingkungan.
Pemikiran pemikiran tersebut selanjutnya terus berkembang menjadi satu cabang ilmu yang disebut ilmu ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan. Ilmu ini membahas dan mendalami semua aspek ekonomi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, baik yang pulih seperti hutan, laut, sungai, danau, pantai, air tanah maupun tidak pulih seperti barang tambang; beserta dampak eksternalitas dari pemanfaatannya.
Tujuan Pendirian PS.ESL
Hingga kini, kajian Ilmu Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan semakin meluas meliputi aspek kelembagaan, property right, tata kelola (governance), jasa lingkungan, kebijakan fiskal lingkungan seperti pajak dan retribusi lingkungan, mekanisme pendanaan lingkungan, green GDP, penilaian jasa dan kerusakan lingkungan; dan lain-lain. Perkembangan ilmu ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan di Indonesia semakin dituntut untuk dapat menjawab persoalan-persoalan faktual dan mengedepankan konsep pembangunan berkelanjutan.
Institut Pertanian Bogor (IPB University) memandang penting dan strategis peran ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan sebagaimana diuraikan di atas. Paradoks antara pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, deplesi umberdaya alam dan degradasi kualitas lingkungan perlu didekati dengan Menghasilkan para ekonom dan pengambil kebijakan publik yang memahami pengelolaan dan pemanfaatan SDAL secara berimbang dan berkelanjutan rumusan-rumusan akademis yang aktual dan relevan. Maka, IPB University memandang diperlukannya para ekonom dan pengambil kebijakan publik yang paham betul bagaimana mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam secara berimbang dan berkelanjutan, sekaligus mendorong terciptanya kesejahteraan rakyat secara nyata. terwujud sebagai hasil dari pemafaatan kekayaan alam yang dilakukan secara bijak.
Dengan spirit yang selalu tampil pro aktif dan menjadi trendsetter, maka pada tahun 2007, IPB membuka Program Studi Magister Sains (S2) ESL. PS. ESL didirikan atas dua motivasi utama, yaitu 1) banyaknya peminat program S2 ESL dan 2) kesiapan sumberdaya manusia di Departemen ESL yang telah lebih dari memadai. Pendirian PS. ESL berdasarkan SK. Rektor IPB No.027/K13/PP/2007 tanggal 22 Maret 2007. Saat ini PS. ESL telah meluluskan > 100 alumni dan telah terakreditasi A oleh BAN-PT berdasarkan SK BAN-PT No. 3104/SK/BAN-PT/Ak-PPJ/M/V/2020.
Kompetensi Lulusan
Lulusan dari PS. ESL memiliki kemampuan analisis di bidang ilmu-ilmu Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan dan ilmu-ilmu penunjangnya serta mampu menyusun rekomendasi kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang optimal untuk kepentingan masyarakat sekarang dan masa depan.
Secara khusus lulusan PS. ESL akan mampu:
Secara khusus lulusan PS. ESL akan mampu:
Menyusun neraca sumber daya alam dan lingkungan dan PDRB hijau
Mengestimasi nilai kerusakan akibat bencana
Mem-value jasa sumber daya alam dan lingkungan
Menerapkan instrumen ekonomi untuk pembangunan berkelanjutan
Merumuskan kebijakan perencanaan pembangunan yang berkelanjutan